Siang itu, 12 Desember 2012 aku sendiri berjalan menyusuri Jl. Dagen. Bapak-bapak tukang becak silih berganti menawarkan jasanya. Aku hanya tersenyum membalas keramahan mereka. Tiba diujung jalan, boulevard Malioboro menyambut. Menoleh kiri kanan kudapati seorang bapak tukang becak tengah sibuk menyalakan rokok kreteknya. "Bade tindak pundi, Pak ?" sapanya setelah rokoknya mengepul.
"Bisa ngantar saya ke stasiun Tugu ?" Bapak itu tersenyum lebar."Monggo, saya antar. Atau mungkin mau diantar juga ke keraton, pasar Beringharjo ?". Aku mengangguk.
Parlahan becak itu mulai membawa kami berkeliling di pusat kota Jogya ini. Kamera aku keluarkan dari dalam tas, dan mulai bidik sana sini. Bapak tukang becak yang ternyata berasal dari Sukoharjo itu dengan semangat bercerita soal keberpihakan Kanjeng Sinuwun Sultan terhadap mereka orang-orang kecil, pedagang kaki lima, tukang becak, pengrajin souvenir dan para seniman lokal. Hingga tak terasa kami sudah 2 jam berkeliling. Aku meloncat turun saat becak itu berhenti tepat di depan benteng Vredeburg. Ingatanku sontak terbawa ke tahun 1991, saat aku nonton MTQ di alun-alun dan pameran lukisan di benteng peninggalan kolonial ini. Kamera kembali kusetting ulang karena awan tebal mulai membalut matahari. Pedagang akik, lapak kaset-kaset bekas, penjual barang antik tak luput dari bidikanku. Termasuk mbah putri penjual jamu parutan. Sekilas teringat lagunya KLa, "...ada setangkup haru dalam rindu". Ah, andai saja waktu dapat diputar kembali...
Kamis, 08 Mei 2014
3 Jam di Jogyakarta
KLa 'kedua' Project, yang satu ini terdedikasi khusus untuk sahabatku Joko Pitoyo dan almarhum Agus 'Sukro' Mujiono
Photo Captured and Edited by
Yunz MH
Gear : Panasonic Lumix DMC FZ-30
Langganan:
Postingan (Atom)
-
Sabtu, 30 September 2017 Entah kenapa dari pagi suasana hati dan pikiranku seolah berada dalam nuansa rendezvous terhadap euphoria setengah ...
-
Menyebut kata PLTA Mendalan serasa membawaku ke kosmos puluhan tahun silam. Tepatnya pada medio tahun 80an. Saat aku masih berseragam sekola...
-
Karya : Mohamad Yunus (Kandangan - Kediri, tahun 1936) Wanita itu mengernyit kesakitan. Kadang berteriak, kadang menangis. Butiran...